Book Review | EGO IS THE ENEMY - RYAN HOLIDAY


"Tundukkanlah kepalamu saat menelusuri dunia ini, maka kau akan terhindar dari banyak kesulitan." (Hlm. 80).


Ego. Ya, semua manusia memiliki ego. Di buku ini dijelasin ego sebagai kepercayaan yang tidak sehat terhadap kepentingan diri sendiri, sombong, ambisi, dan semacam perasaan superior gitu.

Buku yang mengawali ketertarikanku sama Ryan Holiday ini banyak banget ngingetin kita untuk ga gampang terlena dengan kesuksesan. Intinya tetep rendah hati. Manusiawi kok kalo sukses ada keinginan terhadap penghargaan dan pengakuan. Tapi, ya di situlah ego bekerja. Makanya perlu adanya pengendalian diri dan keseimbangan untuk menekan ego. Ego menghalangi kita untuk berkembang. Ego berpikir dia meerasa udah tau segalanya, padahal kalau kata Socrates, I know that I know nothing. That's why kita harus tetep jadi pembelajar, jadi seorang murid. Kalau kita merasa udah cukup tau segalanya, ya bakal stuck, ga akan berkembang.

Kupikir banyak nilai-nilai yang relate dengan ajaran Islam juga di buku ini. Misalnya di bab "Bahaya Kebanggan yang Terlalu Dini", sama kaya konsep ujub gitu, kan Islam ngelarang untuk ga boleh bangga sama diri sendiri juga. Terus soal bertindak, melakukan sesuatu, ya usaha aja lakuin yang terbaik dulu, selebihnya pasrahkan pada Tuhan. Penghargaan itu bonus. Nah ini juga konsep tawakkal. 

Selain itu, ya karena yang nulis Ryan Holiday kan yaa, tentu saja ada unsur Stoicism juga. Intinya banget, Ryan Holiday di sini membagi ego ada dalam tiga fase: Aspirasi, Kesuksesan, dan Kegagalan. Pada ketiga fase tersebut, ego ada bersama kita, ego jadi musuh kita. Pas lagi punya ide/inspirasi buat ngelakuin suatu hal bermanfaat, ego ingin kita menganggap apa yang kita pikirkan udah cukup. Nah kalau merasa diri udah cukup akhirnya menghambat pengembangan diri dan pembelajaran. 

Pas sukses, ego ingin kita mengakui bahwa kita hebat keren tak terkalahkan. Padahal hanya karena berhasil sekali, bukan berarti akan terus berhasil selamanya. Maka jangan tertipu dengan jebakan ego.

Terakhir, pas gagal. Ego menyerap tanggapan negatif dan ingin kita menyangkal bahwa masalah dan kegagalan bukan salah kita. Perlu perbaikan diri, kembali masuk dalam pengharapan dan berusaha bangkit. Jangan biarkan ego menghalangi dan menjadikan kita semakin terpuruk.

What I learned from this book (banyaak wkwk) tapi ini beberapa yg aku highlight:

- Tetep rendah hati, jangan sombong. 

- Kebanggaan akan diri sendiri bisa jadi penghancur. 

- Terus belajar, belajar, dan belajar. 

- Jangan tertipu dg pengakuan orang lain. 

- Yg penting usaha dulu

- Talk less, do more. 

- Tegas mengambil keputusan. 

- Ketika diremehkan/dihina gaperlu melawan walau ego berteriak ga terima. 

Karena mereka yang mengalahkan ego paham bahwa perlakuan buruk tidak akan menurunkan kualitas kita, tapi menurunkan kualitas mereka yang memperlakukan kita.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Duh, Katanya Aku Harus Bekerja Keras-Ha Wan

Long Life Education (Continuing Learning)

Tulus atau modus?