Review Buku: Duh, Katanya Aku Harus Bekerja Keras-Ha Wan
Judul: Duh, Katanya Aku Harus Bekerja Keras
Penulis: Ha Wan
Genre: Self Improvement
Published by Penerbit Haru, 2023.
319 pages
Tapi jika hidup terlalu keras, emang apa sih yang dikejar? Gimana kalau ternyata hasil mengkhianati kita?
Cape ga sih hidup dikelilingi tuntutan sosial yang diukur berdasarkan 'usia'?
Usia segini belum lulus kuliah. Usia segini belum punya penghasilan tetap. Usia segini belum menikah dan punya anak. Usia segini belum punya rumah, mobil, dan sederet aturan yang dibentuk oleh masyarakat sosial kita.
Mereka memandang diri kita menyedihkan karena belum mencapai apa yang seharusnya pada usia tertentu. Tapi, kalau kita harus mengikuti standar sosial justru capek sendiri. Setiap orang kan punya jalan hidup masing-masing.
Misal nih, seseorang berkata, "Masuk universitas A aja nanti pasti enak dapet kerjanya."
Terus ketika akhirnya ngikutin dan hasilnya ga seperti yang mereka bilang tetep aja dapet komentar "Itu sih kamu kurang keras usahanya!"
Oke, jalan ga cuma satu, dan meski lewat jalur yang sama belum tentu hasilnya juga sama.
Jika sudah berusaha tapi tetap tidak berhasil, ya itu bukan karena usahamu tidak maksimal. Tapi memang di dunia ini tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinginan. Jika mimpimu ada yang tidak terwujud, itu juga bukan berarti hidupmu gagal. Tapi tuntutan sosial yang macam-macam, kalau kita tidak sesuai dengan standar aturan tersebut jadi dianggap gagal, buruk, dan berbagai stereotipe negatif lainnya. Betapa melelahkan. It's okay, tetap yakinkan diri bahwa everyone has their own pace.
Untuk menuju kesuksesan, ada banyak faktor, termasuk usaha, kerja keras, dan keberuntungan. Nah, yang sering terlupa adalah faktor keberuntungannya. Ada orang yang effort-nya tinggi tapi hasilnya gitu-gitu aja, sementara di luar sana ada yang effortless tapi dapet hasil maksimal.
Usaha tidak mengkhianati hasil memang ada benarnya, tapi kadang juga perlu disadari bahwa sekeras apa pun kita berusaha, hasil ga selalu setara dengan usahanya. Meski begitu, bukan berarti kita harus berhenti, menyerah, dan pasif gitu aja.
Esai Korea yang ditulis oleh Ha Wan ini tidak mengajarkan atau menyuruh kita untuk males-malesan dan hidup bebas tanpa usaha keras. Meski penulisnya sendiri seorang pria paruh baya berusia 40 tahun yang akhirnya memutuskan untuk memilih hidup dengan mengurangi usaha keras karena berbagai faktor, seperti tuntutan masyarakat dan dilema karir, tapi perspektifnya memandang kehidupan ini tuh unik dan relate aja sampe ke sosial masyarakatnya yang disentil dengan gaya satir tapi lucu. Asli bikin ketawa kayak "Iya bener bener bener nih."
Dia pikir ketika udah masuk 40 tahun segala kekhawatiran masa muda bakal selesai, tapi ternyata kekhawatiran dan kecemasan tetep aja berlanjut meski semakin menua.
Kalau capek, gapapa kok istirahat, gapapa kalau kita ngurangin usaha keras, lakuin apa yg membuat bahagia asal tidak merugikan orang lain, nikmatin hidup bahagia dengan menurunkan ekspektasi, dan mulai untuk mensyukuri hal-hal kecil. As simple as that.
Membaca buku ini seperti membaca kehidupan di tengah masyarakat sosial yang kompetitif. Hidup bukan tentang menang kalah. Setiap orang punya kecepatannya masing-masing. Lagian hidup tuh perjalanan, bukan perlombaan. Siapa yang lebih dulu tidak berarti menang dan yang tertinggal bukan berarti kalah (ya kan hidup bukan lomba lari hehe). Nggak perlu juga membandingkan diri kalau garis start-nya aja mungkin udah beda.
Kecepatan tiap orang gak bisa dipukul rata. Berjalan perlahan bukan berati ketinggalan. Bahkan jika melangkah dengan lambat pun bukan berarti tak akan pernah sampai.
Komentar
Posting Komentar