Pria, Wanita, dan Empati
Pria, wanita, dan empati. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik, menciptakan keinginan untuk menolong sesama, serta dapat merasakan apa yang orang lain pikirkan dan rasakan.
Nah, sebenarnya di antara pria dan wanita siapa yang lebih empatik? Jawaban yang benar secara politis adalah bukan keduanya. Ya, sesungguhnya empati tergantung pada individu. Dan secara umum hal itu memang benar. Namun banyak kajian yang telah memperlihatkan bahwa pada umumnya wanita lebih pandai dalam membaca ekspresi-ekspresi wajah dan mendeteksi kebohongan-kebohongan. Ketika disurvei, wanita jauh lebih mungkin menggambarkan dirinya sendiri sebagai seseorang yang empatik, mampu bergembira dengan orang yang bergembira, serta bersedih dengan orang yang mengalami kesedihan.
Para wanita cenderung menangis atau menceritakan sesuatu yang membutanya stres kepada orang lain. Ketika mencari empati dan pengertian, baik wanita maupun pria, biasanya memilih wanita.
Salah seorang psikolog dari Universitas Cambridge, Simon Baron-Cohen, memiliki sebuah teori yang menjelaskan tentang kesenjangan gender. Menurutnya, otak wanita mempunyai hubungan permanen dengan empati. Sedangkan otak pria memiliki hubungan dengan pemahaman dan pembangunan sistem-sistem.
Nah, untuk berempati, kita membutuhkan tingkat kasih sayang tertentu agar dapat mengenali bahwa kita sedang berinteraksi dengan seseorang, bukan dengan sebuah objek. Kita berinteraksi dengan perasaan yang mempengaruhi perasaan kita sendiri. Empati mencakup ketdaktepatan, seseorang hanya dapat mengira-ngira ketika mencermati dan memperhatikan kondisi mental orang lain, sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang, konteks seperti wajah, suara, tindakan, dan sejarah seseorang yang keseluruhannya ini merupakan informasi yang sangat penting dlaam menentukan kondisi mental seseorang.
Empati bukanlah penyimpangan dari kecerdasan atau rute tunggal menuju itu. Terkadang, kita perlu acuh saat bagian yang lain pada diri kita perlu penyesuaian. Dan orang-orang yang akan berkembang adalah mereka yang dapat menghadapi keduanya dengan baik.
Sekian postingan kali ini, Happy blogging!! :)
Nah, sebenarnya di antara pria dan wanita siapa yang lebih empatik? Jawaban yang benar secara politis adalah bukan keduanya. Ya, sesungguhnya empati tergantung pada individu. Dan secara umum hal itu memang benar. Namun banyak kajian yang telah memperlihatkan bahwa pada umumnya wanita lebih pandai dalam membaca ekspresi-ekspresi wajah dan mendeteksi kebohongan-kebohongan. Ketika disurvei, wanita jauh lebih mungkin menggambarkan dirinya sendiri sebagai seseorang yang empatik, mampu bergembira dengan orang yang bergembira, serta bersedih dengan orang yang mengalami kesedihan.
Para wanita cenderung menangis atau menceritakan sesuatu yang membutanya stres kepada orang lain. Ketika mencari empati dan pengertian, baik wanita maupun pria, biasanya memilih wanita.
Salah seorang psikolog dari Universitas Cambridge, Simon Baron-Cohen, memiliki sebuah teori yang menjelaskan tentang kesenjangan gender. Menurutnya, otak wanita mempunyai hubungan permanen dengan empati. Sedangkan otak pria memiliki hubungan dengan pemahaman dan pembangunan sistem-sistem.
Nah, untuk berempati, kita membutuhkan tingkat kasih sayang tertentu agar dapat mengenali bahwa kita sedang berinteraksi dengan seseorang, bukan dengan sebuah objek. Kita berinteraksi dengan perasaan yang mempengaruhi perasaan kita sendiri. Empati mencakup ketdaktepatan, seseorang hanya dapat mengira-ngira ketika mencermati dan memperhatikan kondisi mental orang lain, sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang, konteks seperti wajah, suara, tindakan, dan sejarah seseorang yang keseluruhannya ini merupakan informasi yang sangat penting dlaam menentukan kondisi mental seseorang.
Empati bukanlah penyimpangan dari kecerdasan atau rute tunggal menuju itu. Terkadang, kita perlu acuh saat bagian yang lain pada diri kita perlu penyesuaian. Dan orang-orang yang akan berkembang adalah mereka yang dapat menghadapi keduanya dengan baik.
Sekian postingan kali ini, Happy blogging!! :)
Sumber: D.H. Pink, Intisari Kedahsyatan Otak Kanan Manusia.
Komentar
Posting Komentar